TEGA, Ibu Dari Inggris Aborsi Karena Kandungannya Perempuan

London, Memiliki anak seharusnya menjadi anugerah bagi setiap keluarga di dunia. Sebab beberapa wanita yang karena ada keterbatasan fisik atau penyakit membuat mereka tidak bisa hamil. Namun di Inggris, ada ibu yang sengaja aborsi hanya karena janinnya perempuan.

"Aku melakukan aborsi pada kehamilanku yang ketiga. Setelah mendapat hasil scan USG dari dokter yang menyatakan bahwa janinku perempuan, suamiku mengantarku ke sebuah klinik untuk aborsi," ujar Asha, seorang warga Inggris keturunan India.

Asha berbohong kepada dokter yang menanginanya dengan alasan tidak punya biaya untuk mencukupi kebutuhan hidup anak ketiganya. Namun alasan sebenarnya adalah karena ibu mertuanya mengancam akan mengusir Asha dari rumah jika ia melahirkan anak perempuan lagi.

Pengakuan wanita berusia 32 tahun tersebut tentunya mencengangkan. Betapa tidak, meski lekat dengan budaya abad pertengahan, Inggris adalah salah satu negara terdepan dalam apresiasi kesetaraan gender. Bahkan pemimpin negera mereka, Ratu Elizabeth II, adalah seorang perempuan.

Data yang didapat dari sensus penduduk tahun 2011, menunjukkan bahwa rasio normal anak adalah 105 anak laki-laki untuk 100 anak perempuan. Namun data terbaru menunjukkan peningkatan yang sangat tajam, 120 anak laki-laki per 100 anak perempuan. Hal ini sama dengan 4.700 aborsi dilakukan pada janin perempuan selama dua tahun belakangan.

"Ini bukan permasalahan benar atau salah, namun merupakan isu kekerasan terhadap perempuan bahkan sebelum mereka dilahirkan," ujar Rani Bilkhu, seorang akitivis perempuan dari Jeena International Charity seperti dikutip dari Daily Mail, Sabtu (1/2/2014).

Ia mengatakan bahwa aborsi yang dilakukan terhadap janin perempuan biasa dilakukan oleh warga Inggris keturunan Pakistan, India dan Bangladesh. Menurut mereka, mempunyai anak perempuan akan memberikan malu pada keluarga dan mengganggap mereka warga kelas dua.

Tuntutan untuk mengaborsi janin perempuan bukan hanya datang dari suami dan keluarnya, namun juga datang dari keluarga si ibu sendiri. Rani mengatakan hal ini bukanlah budaya atau adat, namun lebih kepada superioritas laki-laki terhadap perempuan.

Menanggapi isu tersebut, pemerintah Inggris akhirnya memberlakukan pemberlakuan tidak boleh memberitahukan jenis kelamin janin kepada orang tua sebelum kehamilan berusia lebih dari 20 minggu.

Asha pun kini mengungkapkan kesedihannya. Ia mengatakan bahwa ia sangat menyesalkan keputusan aborsi yang dilakukannya 2 tahun lalu itu.

"Aku menyesalkan keputusanku kala itu. Sampai sekarang aku masih sering memikirkan tentang anak perempuan yang tak pernah kulahirkan," ujar ibu dua anak ini mengkakhiri pembicaraan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah berkunjung di Modz Go Blog.

Silahkan berkomentar dengan baik, mohon tidak berkomentar dengan nada SPAM ataupun berbau Porno. Berbagi itu indah, apabila anda ingin mengcopy artikel diatas mohon untuk menyertakan sumbernya. Terimakasih.

Silahkan lempar komentarnya...!!! :D

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...